Di era ketika chat bot bisa nulis cerpen romantis lebih greget daripada penulis Wattpad, dan kecerdasan buatan (AI) bisa nyanyi lebih merdu dari penyanyi idolamu yang sering fals di live, pertanyaan besar pun muncul "Ini buatan manusia beneran atau hasil gacoan AI?"
Google ternyata juga ikut resah. Maka lahirlah SynthID, alat pendeteksi konten AI yang digadang-gadang bisa membedakan mana konten buatan manusia dan generasi kecerdasan buatan.
SynthID diperkenalkan lewat kanal YouTube Google for Developers pada 2/4/2025. Yang bawain? Seorang insinyur AI bernama Tatiana Matejovicova—namanya susah dieja, tapi penjelasannya cukup bikin paham.
Apa Itu SynthID? Bukan Nama Boyband, Tapi Alat Detektor AI
SynthID bukanlah nama boyband Korea atau brand skincare. Ia adalah serangkaian alat untuk menyematkan tanda air digital ke dalam konten bikinan AI—entah itu teks, gambar, video, atau bahkan suaran. Tujuannya satu, biar gampang dilacak asal-usulnya.
Menurut Tatiana, “Generative AI itu keren, tapi juga bisa jadi sumber misinformasi. Makanya, kita butuh jejak digital—semacam stempel ‘ini buatan mesin’.”
Salah satu fiturnya yang udah bisa dicoba adalah SynthID-Text, yang sejak 2024 udah numpang mangkal di platform Hugging Face. Dengan fitur ini, pengembang bisa nandain pakai tanda air (watermark) di model bahasa seperti Gemma tanpa harus repot ngelatih ulang modelnya.
Kenapa Harus Dikasih Watermark Segala? Emang Foto Keluarga?
Watermarking di sini bukan kayak tulisan "PROPERTY OF WIKIMEDIA" yang nangkring di foto atau video YouTube. Tapi tak bisa kita lihat dengan mata secara langsung, tersembunyi rapi di dalam struktur konten.
Keunggulannya ini nggak ngubah kualitas dan penandanya juga tahan banget.
Tatiana bilang, ini kayak cap rahasia yang cuma bisa dideteksi dengan kunci tertentu. Ibaratnya kayak detektif yang bisa ngenalin penulis puisi galau cuma dari pilihan katanya.
Gimana Cara Kerja SynthID? Jangan Khawatir, Nggak Perlu Gelar S2
Proses watermarkingnya pakai metode yang disebut tournament layer. Ketika model bahasa milih kata selanjutnya, sistem akan ambil antara dua kata lalu pilih yang nilai watermark-nya paling tinggi. Semacam audisi Indonesian Idol versi token teks.
Triknya ada di pola angka 1 dan 0 yang disusun. Dari pola ini, sistem bisa nentuin apakah konten itu buatan manusia, atau buatan AI yang mood-nya kadang berubah-ubah.
Bukan Cuma Teks, Gambar dan Audio Juga Bisa Dideteksi
Selain teks, SynthID juga bisa nyematkan ke gambar, video, dan audio AI-generated. Dan tenang, watermarknya tidak akan bikin suara jadi cempreng atau gambarnya ngeblur kayak sinyal HP di daerah terpencil.
Gambar & Video AI
Meski tak terlihat, tapi tetap nempel walau gambarnya dipotong, dikasih filter aneh-aneh, atau dikompres sampe kayak file .zip.
Audio AI
Dipake di audio dari model Lyria atau fitur podcast Notebook LM. Suaranya tetap mulus, cap-nya juga tetap ada. Bahkan kalau kamu tambahin suara hujan atau geser tempo, juga nggak luntur.
Teks dari Gemini
Di teks, itu disisipkan dengan mengutak-atik skor probabilitas pemilihan kata. Jadi, meski kalimatnya keliatan biasa aja, ada jejak digital tersembunyi yang cuma bisa dibaca oleh si alat pendeteksi.
Cara Cek Konten AI dengan SynthID Detector
Ini dia.., bagi yang penasaran dan pingin nyobain alat pendeteksi ini pas nemu:
“Ini konten beneran, atau hasil Google Veo?”
Coba aja cek di Portal SynthID Detector. Caranya?
Cukup lampirin gambar, video, audio atau musik, dan atau cuplikan teks ke portal mereka—yang bisa diakses lewat situs resmi Deepmind (tapi harus daftar dulu, ya, karena masih nunggu giliran masuk).
Sesampainya di laman Deepmind, klik tombol 'Join the early tester waitlist' biar dapet akses lebih dulu saat alanya siap digunakan.
Penutup: Ketika AI Makin Canggih, Kita Butuh Filter yang Lebih Canggih Juga
SynthID bukan cuma proyek iseng Google. Ini adalah upaya buat bikin ekosistem digital tetap waras. Apalagi di zaman di mana hoaks bisa viral lebih cepat daripada klarifikasinya.
Dengan open source-nya beberapa fitur SynthID, Google berharap komunitas AI dan pengembang di seluruh dunia bisa ikut bantu jaga transparansi.
Seperti kata Tatiana: “Ini langkah kecil buat teknologi, tapi langkah gede buat kejujuran di internet.”
Kalau kamu tukang riset, pengembang AI, atau cuma warga +62 yang seneng debat di kolom komentar, SynthID ini bisa jadi alat penting buat bantu bedain mana yang fiksi, mana yang fakta.